
Simalakama Yang Menyembuhkan
Tanaman mahkota dewa memiliki beragam nama pada masing-masing daerah. Misalnya wilayah Melayu, mahkota dewa dikenal dengan nama Simalakama. Sedangkan di daerah Jawa, mahkota dewa dikenal juga dengan nama makuta dewa, makuto mewo, makuto ratu dan makuto rojo. Sama dengan namanya yang beragam, mahkota dewa juga memiliki khasiat peyembuhan yang beragam. Penyakit yang bisa disembuhkan dengan mahkota dewa antara lain eksim dan gatal-gatal, hepatitis, lemah syahwat, kolesterol, tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, kangker payudara, kangker rahim, tumor, leukemia, disentri, dan masih banyak lagi lainnya. Bagian tanaman mahkota dewa yang biasa dipakai sebagai bahan obat adalah batang, daun dan juga buah. Khusus untuk bagian buah, jangan pernah mengkonsumsi bagian biji sebab memiliki kandungan racun yang tinggi.
Kandungan Tanaman Mahkota Dewa
Berdasarkan uji klinis di laboratorium, diketahui bahwa tanaman mahkota dewa khususnya pada daun dan juga buah mengandung senyawa aktif yang memiliki banyak fungsi penyembuh di tubuh manusia. Zat yang terdapat pada bagian buah dan daun antara lain alkaloid, saponin, flavanoid dan polifenol (lignin). Masing-masing zat ini memiliki manfaatnya masing-masing. Misalnya pada saponin dikenal sebagai anti-bakteri juga virus yang baik, meningkatkan vutalitas, menekan kadar gula darah, mengurangi penggumpalan dalam daran dan juga meningkatkan kekebalan tubuh. Sedangkan zat alkaloid memiliki fungsi detoks yakni membantu mengeluarkan zat racun dari dalam tubuh.
Menanam Mahkota Dewa Di Pekarangan
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa tanaman mahkota dewa pada mulanya hanya dikenal sebagai tanaman hias yang biasa tumbuh di pekarangan. Namun, kini peruntukan mahkota dewa telah banyak bergeser sebagai salah satu tanaman obat. Hal ini tentu menjadi poin plus bagi Anda yang ingin menanam mahkota dewa di pekarangan Anda. Selain mempercantik taman, mahkota dewa juga bisa menjadi sumber kesehatan yang murah dan mudah didapatkan. Cara membudidayakan tanaman mahkota dewa terbilang mudah. Bisa dengan cara vegetative maupun generatif atau dengan kata lain, bisa melalui biji maupun dengan cara mencangkok pada bagian batangnya. Pada umumnya, masyarakat mebudidayakannya melalui biji. Namun, tak jarang pula yang menggunakan cara cangkok sebab lebih cepat menghasilkan buah. Umumnya, pada pengembangan melalui biji, usia produktif tanama yakni 10 sampai 12 bulan.